Pada hari minggu tanggal 15 Agustus 2021 lalu, Indonesia AI telah sukses menyelenggarakan seminar daring dalam rangka Grand Launching Indonesia AI 2.0. Seminar yang diikuti lebih dari 100 orang peserta ini menghadirkan tiga orang pembicara yang merupakan praktisi AI dari perusahaan teknologi terkemuka, yaitu Abdullah (AI Engineer Qlue), Dhanang Hadi (Data Scientist Kumparan), serta Amajid Sinar Guntara (AI Engineer Nodeflux).
Acara yang dimulai pada pukul 10 pagi ini dibuka langsung oleh Muhammad Angga Muttaqien selaku Chief Executive Officer dari Indonesia AI. Pada pemaparannya, Angga menjelaskan terkait urgensi AI di tengah perkembangan dunia saat ini. Data menunjukkan bahwa setidaknya lebih dari 50 negara telah menjadikan AI sebagai fokus prioritas pengembangan teknologi mereka, termasuk Indonesia yang telah mengeluarkan Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial (Stranas KA) pada tahun 2020 lalu. Dibalik perkembangan AI yang begitu pesat, ketersediaan talenta di bidang ini justru masih kurang.
“Faktanya saat ini, jumlah talenta AI masih sangat rendah” ungkap Angga.
Angga kemudian mengutip data dari Tencent yang menyebutkan bahwa saat ini dibutuhkan jutaan AI engineer di seluruh dunia, namun jumlah yang tersedia hanya ada sekitar 300.000.
“Oleh karena itu, kami terdorong untuk ikut terlibat menyediakan SDM yang dapat membantu perkembangan di bidang ini” lanjutnya.
Indonesia AI sendiri hadir sebagai startup berbasis komunitas yang diharapkan dapat menciptakan ekosistem pembelajaran yang baik bagi masyarakat Indonesia. Secara umum, Angga menyebut ada tiga tujuan yang ingin dibawa oleh Indonesia AI. Pertama, menghadirkan layanan belajar yang terfokus, sistematis, dan inklusif berbasis teknologi. Kedua, menciptakan ekosistem belajar dan mengajar teknologi AI berbasis komunitas. Ketiga, menghubungkan talenta-talenta di bidang teknologi AI dengan kebutuhan industri.
Selanjutnya, sesi pemaparan dari pemateri dibuka oleh Abdullah yang merupakan AI engineer dari sebuah startup penyedia layanan smart city, yaitu Qlue. Abdullah menjelaskan tentang tahapan dari pengembangan AI yang umum dilakukan. Data acquisition menjadi tahap pertama dimana data dari sumbernya diambil dan dievaluasi relevansinya. Data yang didapatkan tersebut seringkali tidak rapi sehingga dibutuhkan cleaning dan preprocessing. Setelah itu, dilakukan proses modeling dan deployment, lalu dilanjutkan dengan tahap maintaining model yang telah diaplikasikan. Pada akhir presentasinya, Abdullah menyebutkan bahwa pengembangan AI membutuhkan sumber daya yang besar sehingga sebelum memulai, penting untuk mengevaluasi apakah AI benar-benar dibutuhkan atau cukup dengan teknologi biasa.
Pemaparan kemudian dilanjutkan oleh pemateri kedua, yaitu Dhanang Hadi yang merupakan data scientist dari platform berita online Kumparan. Danang menjelaskan terkait Natural Language Processing (NLP) serta aplikasinya dalam media seperti Kumparan. Secara umum, Danang menyebutkan bahwa NLP adalah cabang dari AI yang memiliki kemampuan dalam memahami makna dari bahasa manusia. Di Kumparan, NLP ini telah diaplikasikan pada berbagai level, mulai dari level sederhana hingga kompleks. Pada level sederhana, NLP dapat membantu untuk mengevaluasi tulisan yang masuk jika ada kata atau tanda baca yang salah. Selanjutnya pada level sedang, NLP membantu mendeteksi artikel spam, komentar yang melanggar ketentuan, serta memasukkan artikel sesuai dengan kategorinya. Sedangkan pada level kompleks, berbagai fungsi NLP digabungkan untuk menciptakan sistem yang menghasilkan pengalaman personal bagi setiap pembacanya.
Pembicara selanjutnya yang menyampaikan materi adalah Amajid Sinar Guntara selaku AI engineer dari Nodeflux. Pada sesi ini, Amajid lebih banyak menekankan pada proses yang menjadi tantangan pada pengembangan AI, yaitu proses akuisisi data. Dalam pengalamannya sebagai AI engineer, ternyata ketersediaan data, baik secara kuantitas maupun kualitas, disebutkan menjadi tantangan terbesar. Disebutkan bahwa hal semacam ini juga terjadi pada perusahaan besar seperti Tesla, dimana persiapan data menjadi tahapan paling panjang. Amajid mengutip pernyataan dari Andrej Karpathy, Senior Director AI di Tesla, yang mengatakan bahwa kenyataan ini terbalik dengan anggapan yang berkembang bahwa AI hanya tentang pembuatan model saja.
Setelah ketiga pembicara menyampaikan materinya, acara kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan pengumuman doorprize berupa voucher belajar AI melalui program AI Mentorship yang diselenggarakan Indonesia AI setiap bulannya. Pada bulan ini, program mentorship tersebut telah memasuki angkatan ke tujuh dengan total jumlah alumni lebih dari 600 orang. Kedepannya, Indonesia AI berharap dapat menghadirkan ekosistem pembelajaran AI yang lebih baik lagi bagi masyarakat Indonesia.